Selayar, Waspadapos.com- Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) mengakui kegiatan destructive fishing atau penangkapan ikan dengan cara yang merusak masih marak terjadi di Selayar hingga saat ini.
Salah satu yang paling sering digunakan adalah bom ikan. Hal itu menjadi persoalan serius karna selain merusak ekosistem perairan, juga tak jarang sampai menelan korban jiwa.
Contohnya sekitar tiga bulan lalu, seorang nelayan asal Dusun Tinabo, Kecamatan Taka Bonerate, Selayar meregang nyawa saat melakukan aktivitas pengeboman ikan.
Ketua HNSI Kepulauan Selayar, Abdul Halim Rimamba menyebut, semua pihak terkait dianggap gagal menangani persoalan destructive fishing atau bom ikan di Selayar.
“Ramai, tapi penanganannya masih sangat sektoral (soal hukum saja) padahal penyebab sangat kompleks. TNTB, WCS dan lembaga yang bersentuhan dengan nelayan kami anggap gagal mengemban misi kemanusiaan dalam urusan ini,” tegasnya, Sabtu 27 November 2021.
Menurut Halim, destructive fishing di Selayar terkesan seperti dirawat karna faktanya dari tahun ke tahun kasus yang sama terus terjadi.
“Kok bisa terawat begitu, terus-menerus begitu dan tidak diperbaiki. Ini seperti dirawat dan seakan-akan disengaja,” terangnya.
Halim menyebut ada pihak-pihak yang sengaja memanfaatkan nelayan untuk kepentingan mereka.
“Yang jelasnya orang jahat toh, yang bermain dibelakang para nelayan, itu sudah pasti. Siapa yang mau suplai itu pupuk, siapa yang mau suplai itu bius kalau bukan penjahat ekonomi, kalau bukan pengusaha,” tambahnya.
Sebelumnya, polisi pun mengakui jika destructive fishing di Kabupaten Kepulauan Selayar butuh penanganan serius.
Tak hanya tugas polisi, butuh kerjasama seluruh pihak untuk bisa menangani persoalan tersebut. (Putra)
Comment